0
TAKSONOMI BLOOM
Posted by Unknown
on
2:42 AM
TAKSONOMI BLOOM
Disusun oleh :
Ratna Sari
Manajemen Pendidikan
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2015
Taksonomi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu tassein
yang berarti mengklasifikasi dan nomos yang berarti aturan. Jadi
Taksonomi berarti hierarkhi klasifikasi atas prinsip dasar atau aturan. Istilah
ini kemudian digunakan oleh Benjamin Samuel Bloom, seorang psikolog bidang
pendidikan yang melakukan penelitian dan pengembangan mengenai kemampuan
berpikir dalam proses pembelajaran.
Bloom, lahir pada tanggal 21 Februari 1913 di Lansford,
Pennsylvania dan berhasil meraih doktor di bidang pendidikan dari The
University of Chicago pada tahun 1942. Ia dikenal sebagai konsultan dan aktivis
internasonal di bidang pendidikan dan berhasil membuat perubahan besar dalam
sistem pendidikan di India.
Sejarah taksonomi bloom bermula ketika awal tahun 1950-an, dalam
Konferensi Asosiasi Psikolog Amerika, Bloom dan kawan-kawan mengemukakan bahwa
dari evaluasi hasil belajar yang banyak disusun di sekolah, ternyata persentase
terbanyak butir soal yang diajukan hanya meminta siswa untuk mengutarakan
hapalan mereka. Konferensi tersebut merupakan lanjutan dari konferensi yang
dilakukan pada tahun 1948. Menurut Bloom, hapalan sebenarnya merupakan tingkat
terendah dalam kemampuan berpikir (thinking behaviors).
Masih banyak level lain yang lebih tinggi yang harus dicapai agar
proses pembelajaran dapat menghasilkan siswa yang kompeten di bidangnya.
Akhirnya pada tahun 1956, Bloom, Englehart, Furst, Hill dan Krathwohl berhasil
mengenalkan kerangka konsep kemampuan berpikir yang dinamakan Taxonomy Bloom.
Jadi, Taksonomi Bloom adalah struktur hierarkhi yang mengidentifikasikan skills
mulai dari tingkat yang rendah hingga yang tinggi. Tentunya untuk mencapai
tujuan yang lebih tinggi, level yang rendah harus dipenuhi lebih dulu. Dalam
kerangka konsep ini, tujuan pendidikan ini oleh Bloom dibagi menjadi tiga
domain/ranah kemampuan intelektual (intellectual behaviors) yaitu kognitif,
afektif dan psikomotorik.
Tujuan pendidikan dibagi ke dalam tiga domain, yaitu:
1.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berfikir.
2.
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
3.
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek
keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang, dan
mengoperasikan mesin.[1]
Sebenarnya di Indonesia, kita memiliki tokoh pendidikan, Ki Hajar
Dewantara yang terkenal dengan doktrinnya Cipta, Rasa dan Karsa atau Penalaran,
Penghayatan, dan Pengamalan. Cipta dapat diidentikkan dengan ranah kognitif ,
rasa dengan ranah afektif dan karsa dengan ranah psikomotorik. Ranah kognitif
mengurutkan keahlian berpikir sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Proses
berpikir menggambarkan tahap berpikir yang harus dikuasai oleh siswa agar mampu
mengaplikasikan teori kedalam perbuatan.
Dari setiap ranah
tersebut dibagi kembali menjadi beberapa kategori dan subkategori yang
berurutan secara hirarkis (bertingkat), mulai dari tingkah laku yang sederhana
sampai tingkah laku yang paling kompleks. Tingkah laku dalam setiap tingkat
diasumsikan menyertakan juga tingkah laku dari tingkat yang lebih rendah,
seperti misalnya dalam ranah kognitif, untuk mencapai “pemahaman” yang berada
di tingkatan kedua juga diperlukan “pengetahuan” yang ada pada tingkatan
pertama.[2]
1.
Ranah Kognitif
Ranah Kognitif
Ranah ini meliputi
kemampuan menyatakan kembali konsep atau prinsip yang telah dipelajari, yang
berkenaan dengan kemampuan berpikir, kompetensi memperoleh pengetahuan,
pengenalan, pemahaman, konseptualisasi, penentuan dan penalaran. Tujuan
pembelajaran dalam ranah kognitif (intelektual) atau yang menurut Bloom
merupakan segala aktivitas yang menyangkut otak dibagi menjadi 6 tingkatan
sesuai dengan jenjang terendah sampai tertinggi yang dilambangkan dengan
C (Cognitive) (Dalam buku yang berjudul Taxonomy of
Educational Objectives. Handbook 1 : Cognitive Domain yang
diterbitkan oleh McKey New York. Benyamin Bloom pada
tahun 1956) yaitu:
a.
Pengetahuan (Knowledge)
Pada jenjang ini menekankan pada kemampuan dalam mengingat kembali materi
yang telah dipelajari, seperti pengetahuan tentang istilah, fakta khusus,
konvensi, kecenderungan dan urutan, klasifikasi dan kategori, kriteria serta
metodologi. Tingkatan atau jenjang ini merupakan tingkatan terendah namun
menjadi prasyarat bagi tingkatan selanjutnya. Di jenjang ini, peserta didik
menjawab pertanyaan berdasarkan dengan hapalan saja.
Kata Kerja Operasional
Contoh-contoh kata kerja operasional untuk merumuskan tujuan pembelajaran
pada level C1 (Cognitive 1 – Pengetahuan) antara lain:
Mengutip, menyebutka, menjelaskan, menggambar, membilang, mengidentifikasi,
mendaftar, menunjukkan, memberi label, memberi indeks, memasangkan, menamai,
menandai, membaca, menyadari, menghafal, meniru, mencatat, mengulang,
mereproduksi, meninjau, memilih, menyatakan, mempelajari, mentabulasi, memberi
kode, menelusuri, menulis, merespon.
b.
Pemahaman (Comprehension)
Pada jenjang ini,
pemahaman diartikan sebagai kemampuan dalam memahami materi tertentu yang
dipelajari. Kemampuan-kemampuan tersebut yaitu :
-
Translasi (kemampuan
mengubah simbol dari satu bentuk ke bentuk lain)
-
Interpretasi (kemampuan
menjelaskan materi)
-
Ekstrapolasi (kemampuan
memperluas arti).
Di jenjang ini, peserta didik menjawab pertanyaan dengan kata-katanya
sendiri dan dengan memberikan contoh baik prinsip maupun konsep.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
memperkirakan, menjelaskan, mengkategorikan, mencirikan, merinci,
mengasosiasikan, membandingkan, menghitung, mengkontraskan, mengubah,
mempertahankan, menguraikan, menjalin, membedakan, mendiskusikan, menggali,
mencontohkan, menerangkan, mengemukakan, mempolakan, memperluas, menyimpulkan,
meramalkan, merangkum, dan menjabarkan.
c. Penerapan (Application)
Pada jenjang ini, aplikasi diartikan sebagai kemampuan menerapkan informasi
pada situasi nyata, dimana peserta didik mampu menerapkan pemahamannya dengan
cara menggunakannya secara nyata. Di jenjang ini, peserta didik dituntut untuk dapat
menerapkan konsep dan prinsip yang ia miliki pada situasi baru yang belum
pernah diberikan sebelumnya. Contoh: Menggunakan pedoman/ aturan dalam
menghitung gaji pegawai.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
menugaskan, mengurutkan, menentukan, menerapakan, menyesuaikan, mengkalkulasi,
memodifikasi, mengklasifikasi, menghitung, membangun, membiasakan, mencegah,
menggunakan, menilai, melatih, menggali, mengemukakan, mengadaptasi,
menyelidiki, mengoperasikan, mempersoalkan, mengkonsepkan, melaksanakan,
meramalkan, memproduksi, memproses, mengaitkan, menyusun, mensimulasikan,
memecahkan, melakukan, dan mentabulasi.
d. Analisa (Analysis)
Pada jenjang ini, dapat dikatakan bahwa analisis adalah kemampuan
menguraikan suatu materi menjadi komponen-komponen yang lebih jelas. Kemampuan
ini dapat berupa :
-
Analisis elemen/unsur
(analisis bagian-bagian materi)
-
Analisis hubungan (
identifikasi hubungan)
-
Analisis
pengorganisasian prinsip/prinsip-prinsip organisasi (identifikasi organisasi)
Di jenjang ini, peserta didik diminta untuk
menguraikan informasi ke dalam beberapa bagian menemukan asumsi, dan membedakan
pendapat dan fakta serta menemukan hubungan sebab akibat. Contoh: Menganalisa
penyebab meningkatnya Harga pokok penjualan dalam laporan keuangan dengan
memisahkan komponen- komponennya.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
jenjang ini adalah : menganalisis, mengaudit, memecahkan, menegaskan,
mendeteksi, mendiagnosis, menyeleksi, memerinci, menominasikan, mendiagramkan,
mengkorelasikan, merasionalkan, menguji, mencerahkan, menjelajah, membagankan,
menyimpulkan, menemukan, menelaah, memaksimalkan, memerintahkan, mengedit,
mengaitkan, memilih, mengukur, melatih, dan mentransfer.
e. Sintesis (Shyntesis)
Pada jenjang ini, sintesis dimaknai sebagai kemampuan memproduksi dan
mengkombinasikan elemen-elemen untuk membentuk sebuah struktur yang unik.
Kemampuan ini dapat berupa memproduksi komunikasi yang unik, rencana atau
kegiatan yang utuh, dan seperangkat hubungan abstrak. Di jenjang ini, peserta
didik dituntut menghasilkan hipotesis atau teorinya sendiri dengan memadukan
berbagai ilmu dan pengetahuan. Contoh: Menyusun kurikulum dengan
mengintegrasikan pendapat dan materi dari beberapa sumber.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam jenjang ini adalah :
mengabstraksi, mengatur, menganimasi, mengumpulkan, mengkategorikan, mengkode,
mengkombinasikan, menyusun, mengarang, membangun, menanggulangi, menghubungkan,
menciptakan, mengkreasikan, mengoreksi, merancang, merencanakan, mendikte,
meningkatkan, memperjelas, memfasilitasi, membentuk, merumuskan,
menggeneralisasi, menggabungkan, memadukan, membatas, mereparasi, menampilkan,
menyiapkan, memproduksi, merangkum, dan merekonstruksi.
f. Evaluasi (Evaluation)
Pada jenjang ini, evaluasi diartikan sebagai kemampuan menilai manfaat
suatu hal untuk tujuan tertentu berdasarkan kriteria yang jelas. Kegiatan ini
berkenaan dengan nilai suatu ide, kreasi, cara atau metode. Pada jenjang ini
seseorang dipandu untuk mendapatkan pengetahuan baru, pemahaman yang lebih
baik, penerapan baru serta cara baru yang unik dalam analisis dan sintesis.
Menurut Bloom paling tidak ada 2 jenis evaluasi yaitu :
-
Evaluasi berdasarkan
bukti internal
-
Evaluasi berdasarkan
bukti eksternal
Di jenjang ini, peserta didik mengevaluasi informasi
termasuk di dalamnya melakukan pembuatan keputusan dan kebijakan.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam
jenjang ini adalah : membandingkan, menyimpulkan, menilai, mengarahkan,
mengkritik, menimbang, memutuskan, memisahkan, memprediksi, memperjelas,
menugaskan, menafsirkan, mempertahankan, memerinci, mengukur, merangkum,
membuktikan, memvalidasi, mengetes, mendukung, memilih, dan memproyeksikan.
2. Ranah Afektif
Ranah Afektif mencakup segala sesuatu yang terkait dengan emosi, misalnya
perasaan, nilai, penghargaan, semangat,minat, motivasi, dan sikap serta derajat
penerimaan atau penolakan suatu obyek dlam kegiatan belajar mengajar.
Kartwohl & Bloom (Dimyati & Mudjiono, 1994; Syambasri Munaf, 2001) membagi
ranah afektif menjadi 5 kategori yaitu :
a. Penerimaan (Receiving)
Kategori ini merupakan tingkat afektif yang terendah yang meliputi
penerimaan masalah, situasi, gejala, nilai dan keyakinan secara pasif.
Penerimaan adalah semacam kepekaan dalam menerima rangsangan atau stimulasi
dari luar yang datang pada diri peserta didik. Hal ini dapat dicontohkan dengan
sikap peserta didik ketika mendengarkan penjelasan pendidik dengan seksama
dimana mereka bersedia menerima nilai-nilai yang diajarkan kepada mereka
danmereka memiliki kemauan untuk menggabungkan diri atau mengidentifikasi diri
dengan nilai itu.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
memilih, mempertanyakan, mengikuti, memberi, menganut, mematuhi, dan meminati.
b. Menanggapi (Responding)
Kategori ini berkenaan dengan jawaban dan kesenangan menanggapi atau
merealisasikan sesuatu yang sesuai dengan nilai-nilai yang dianut masyarakat.
Atau dapat pula dikatakan bahwa menanggapi adalah suatu sikap yang menunjukkan
adanya partisipasi aktif untuk mengikutsertakan dirinya dalam fenomena tertentu
dan membuat reaksi terhadapnya dengan salah satu cara. Hal ini dapat
dicontohkan dengan menyerahkan laporan tugas tepat pada waktunya.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
menjawab, membantu, mengajukan, mengompromi, menyenangi, menyambut, mendukung,
menyetujui, menampilkan, melaporkan, memilih, mengatakan, memilah, dan menolak.
c. Penilaian (Valuing)
Kategori ini berkenaan dengan memberikan nilai, penghargaan dan kepercayaan
terhadap suatu gejala atau stimulus tertentu. Peserta didik tidak hanya mau
menerima nilai yang diajarkan akan tetapi berkemampuan pula untuk menilai
fenomena itu baik atau buruk. Hal ini dapat dicontohkan dengan bersikap jujur
dalam kegiatan belajar mengajar serta bertanggungjawab terhadap segala hal
selama proses pembelajaran.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengasumsikan, meyakini, melengkapi, meyakinkan, memperjelas, memprakarsai,
mengundang, menggabungkan, mengusulkan, menekankan, dan menyumbang.
d. Organisasi/Mengelola (Organization)
Kategori ini meliputi konseptualisasi nilai-nilai menjadi sistem nilai,
serta pemantapan dan prioritas nilai yang telah dimiliki. Hal ini dapat
dicontohkan dengan kemampuan menimbang akibat positif dan negatif dari suatu
kemajuan sains terhadap kehidupan manusia.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
menganut, mengubah, menata, mengklasifikasikan, mengombinasi, mempertahankan,
membangun, membentuk pendapat, memadukan, mengelola, menegosiasikan, dan
merembuk.
e. Karakteristik (Characterization)
Kategori ini berkenaan dengan keterpaduan semua sistem nilai yang telah
dimiliki seseorang yang mempengaruhi pola kepribadian dan tingkah lakunya.
Proses internalisais nilai menempati urutan tertinggi dalam hierarki nilai. Hal
ini dicontohkan dengan bersedianya mengubah pendapat jika ada bukti yang tidak
mendukung pendapatnya.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengubah perilaku, berakhlak mulia, mempengaruhi, mendengarkan,
mengkualifikasi, melayani, menunjukkan, membuktikan dan memecahkan.[3]
3. Ranah Psikomotorik
Ranah ini meliputi kompetensi melakukan pekerjaan dengan melibatkan anggota
badan serta kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik (motorik) yang terdiri
dari gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual,
ketepatan, keterampilan kompleks, serta ekspresif dan interperatif.
a. Meniru
Kategori meniru ini merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu dengan
contoh yang diamatinya walaupun belum dimengerti makna ataupun hakikatnya dari
keterampilan itu.
Kata kerja operasional yang dapat dipakai dalam kategori ini adalah :
mengaktifan, menyesuaikan, menggabungkan, melamar, mengatur, mengumpulkan,
menimbang, memperkecil, membangun, mengubah, membersihkan, memposisikan, dan
mengonstruksi.
b. Manipulasi
Menekankan perkembangan
kemampuan mengikuti pengarahan, penampilan, gerakan-gerakan pilihan yang
menetapkan suatu penampilan melalui latihan. Pada tingkat ini siswa menampilkan
sesuatu menurut petunjuk-petunjuk tidak hanya meniru tingkah laku saja.
c. Ketetapan
Memerlukan kecermatan,
proporsi dan kepastian yang lebih tinggi dalam penampilan. Respon-respon lebih
terkoreksi dan kesalahan-kesalahan dibatasi sampai pada tingkat minimum.
d. Artikulasi
Menekankan koordinasi
suatu rangkaian gerakan dengan membuat urutan yang tepat dan mencapai yang
diharapkan atau konsistensi internal diantara gerakan-gerakan yang berbeda.
e. Pengalamiahan
Menurut tingkah laku
yang ditampilkan dengan paling sedikit mengeluarkan energi fisik maupun psikis.
Gerakannya dilakukan secara rutin. Pengalamiahan merupakan tingkat kemampuan
tertinggi dalam domain psikomotorik.[4]
Revisi Taksonomi Bloom
Pada tahun 1994, salah seorang murid Bloom, Lorin Anderson Krathwohl dan para
ahli psikologi aliran kognitivisme memperbaiki taksonomi Bloom agar sesuai
dengan kemajuan zaman. Hasil perbaikan tersebut baru dipublikasikan pada tahun
2001 dengan nama Revisi Taksonomi Bloom. Revisi hanya dilakukan pada ranah
kognitif. Revisi tersebut meliputi:
1. Perubahan kata kunci dari kata benda menjadi kata kerja untuk setiap level
taksonomi.
2. Perubahan hampir terjadi pada semua level hierarkhis, namun urutan level
masih sama yaitu dari urutan terendah hingga tertinggi.
Perubahan terjadi pada
aras (level) 1 yang semula sebagai “knowledge”(tahu, “ketahuan”–)
berubah menjadi “remembering” (mengingat). Perubahan terjadi juga pada
level 2, yaitu “comprehension” yang dipertegas menjadi “understanding”
(paham, memahami). Level 3 diubah sebutan dari “application” menjadi “applying”
(menerapkan). Level 4 juga diubah sebutan dari “analysis” menjadi “analysing”
(menganalisis).
Perubahan mendasar
terletak pada level 5 dan 6. “Evaluation” versi lama diubah posisisinya
dari level 6 menjadi level 5, juga dengan perubahan sebutan dari “evaluation”
menjadi “evaluating” (menilai). Level 5 lama, yaitu “synthesis”
(pemaduan) hilang, dinaikkan levelnya menjadi level 6 tetapi dengan perubahan
mendasar, yaitu dengan nama “creating” (mencipta).
Jadi, Taksonomi Bloom
baru versi Kreathwohl pada ranah kognitif terdiri dari enam level: remembering
(mengingat), understanding (memahami), applying (menerapkan), analyzing
(menganalisis, mengurai), evaluating (menilai) dan creating (mencipta). Revisi
Krathwohl ini sering digunakan dalam merumuskan tujuan belajar yang sering kita
kenal dengan istilah C1 sampai dengan C6.
Agar lebih mudah
memahami maka berikut ini table kata kerja operasional edisi revisi teori
Bloom.
Ranah Kognitif
Mengingat
(C1)
|
Memahami
(C2)
|
Menerapkan
(C3)
|
Menganalisis
(C4)
|
Mengevaluasi
(C5)
|
Menciptakan
(C6)
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
Mengenali
Mengingat kembali
Membaca
Menyebutkan
Melafalkan/melafazkan
Menuliskan
Menghafal
|
Menjelaskan
Mengartikan
Menginterpretasikan
Menceritakan
Menampilkan
Memberi contoh
Merangkum
Menyimpulkan
Membandingkan
Mengklasifikasikan
Menunjukkan
Menguraikan
Membedakan
Mengidentifikasikan
|
Melaksanakan
Mengimplementasikan
Menggunakan
Mengonsepkan
Menentukan
Memproseskan
|
Mendiferensiasikan
Mengorganisasikan
Mengatribusikan
Mendiagnosis
Memerinci
Menelaah
Mendeteksi
Mengaitkan
Memecahkan
Menguraikan
|
Mengcek
Mengkritik
Membuktikan
Mempertahankan
Memvalidasi
Mendukung
Memproyeksikan
|
Membangun
Merencanakan
Memproduksi
Mengkombinasikan
Merangcang
Merekonstruksi
Membuat
Menciptakan
Mengabstraksi
|
Post a Comment